Kamis, 09 April 2015

Sekolah Penjual Buku LKS Ajarkan Guru Malas dan Tidak Kreatif



Kab. Bogor (MP), - Banyaknya sekolah negeri yang masih saja melakukan penjualan buku Lembar Kerja Siswa (LKS) di sekolah, masih belum ada tindakan tegas dari Dinas Pendidikan Kab. Bogor, sedangkan pada awal tahun ajaran 2014 – 2015 Kepala dinas Pendidikan Kab. Bogor Dace Supriadi. SH, M.Si sudah mengeluarkan surat edaran larangan melakukan penjualan LKS yang ditujukan kepada Kepala UPT Pendidikan, Kepala SMPN dan Kepala SMA/ SMKN se-Kab. Bogor.
Sejumlah Kepala Sekolah masih terus saja kangkangi Peraturan Pemerintah dan atasannya (Kadisdik) dengan melakukan penjualan LKS, dalam hal ini sejumlah kepala sekolah seperti anak kecil yang tidak dapat mengerti apa yang dikatakan orang tuanya. Sejumlah Kepala Sekolah tidak berupaya se-maksimal mungkin bagaimana caranya agar siswa didik mendapatkan prestasi yang gemilang akan tetapi berupaya mengeruk keuntungan dari hasil penjualan buku pada siswa didiknya.
Sejumlah nara sumber yang di minta keterangan MP beberapa waktu lalu yang tidak mau namanya disebut dalam media mengatakan, katanya sekolah gratis tapi sebentar – sebentar duit, jaman dulu para guru menulis di papan tulis dan siswa mengikuti menulis pada buku tulisnya, al hasil tulisan siswa jauh lebih bagus dan cerdas karena langsung mengulang apa yang dibaca dan ditulisnya jauh berbeda dengan jaman sekarang.
Hal senada seperti yang di ucapkan Kepala UPT Pendidikan Kec. Parung Drs. H. Tjetjep Supriatna. MM ketika diminta keterangan MP pekan lalu di ruang kerjanya mengatakan, gaji guru sekarang sudah sangat baik ditambah lagi banyaknya tunjangan – tunjangan yang didapat dari pemerintah, seharusnya guru lebih aktif dalam mengajar siswa didiknya.
“Bila ada sekolah menjual LKS itu menyalahi aturan, apalagi Bapak Kepala Dinas sudah sangat jelas – jelas melarang melakukan penjualan LKS, saya akan segera ambil tindakan bila mengetahui sekolah yang menjual LKS agar tidak terulang kembali,” ucap H. Tjetjep.
Kreatifitas pendidik sangat diharapkan agar siswa didiknya berprestasi, pesatnya kemajuan tekhnologi saat ini sudah membuat para siswa lebih banyak menggemari game online dibanding mata pelajaran disekolah, bila gurunya malas dan miskin kreatifitas sangat sulit generasi penerus ini maju dan berkembang. [Adjuna]    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar