Kab. Bogor (MP), - Banyaknya sekolah negeri yang masih saja melakukan penjualan buku
Lembar Kerja Siswa (LKS) di sekolah, masih belum ada tindakan tegas dari Dinas
Pendidikan Kab. Bogor, sedangkan pada awal tahun ajaran 2014 – 2015 Kepala
dinas Pendidikan Kab. Bogor Dace Supriadi. SH, M.Si sudah mengeluarkan surat edaran
larangan melakukan penjualan LKS yang ditujukan kepada Kepala UPT Pendidikan,
Kepala SMPN dan Kepala SMA/ SMKN se-Kab. Bogor.
Sejumlah Kepala
Sekolah masih terus saja kangkangi Peraturan Pemerintah dan atasannya
(Kadisdik) dengan melakukan penjualan LKS, dalam hal ini sejumlah kepala
sekolah seperti anak kecil yang tidak dapat mengerti apa yang dikatakan orang
tuanya. Sejumlah Kepala Sekolah tidak berupaya se-maksimal mungkin bagaimana
caranya agar siswa didik mendapatkan prestasi yang gemilang akan tetapi
berupaya mengeruk keuntungan dari hasil penjualan buku pada siswa didiknya.
Sejumlah nara
sumber yang di minta keterangan MP beberapa waktu lalu yang tidak mau namanya
disebut dalam media mengatakan, katanya sekolah gratis tapi sebentar – sebentar
duit, jaman dulu para guru menulis di papan tulis dan siswa mengikuti menulis
pada buku tulisnya, al hasil tulisan siswa jauh lebih bagus dan cerdas karena
langsung mengulang apa yang dibaca dan ditulisnya jauh berbeda dengan jaman
sekarang.
Hal senada
seperti yang di ucapkan Kepala UPT Pendidikan Kec. Parung Drs. H. Tjetjep Supriatna.
MM ketika diminta keterangan MP pekan lalu di ruang kerjanya mengatakan, gaji
guru sekarang sudah sangat baik ditambah lagi banyaknya tunjangan – tunjangan
yang didapat dari pemerintah, seharusnya guru lebih aktif dalam mengajar siswa
didiknya.
“Bila ada
sekolah menjual LKS itu menyalahi aturan, apalagi Bapak Kepala Dinas sudah
sangat jelas – jelas melarang melakukan penjualan LKS, saya akan segera ambil
tindakan bila mengetahui sekolah yang menjual LKS agar tidak terulang kembali,”
ucap H. Tjetjep.
Kreatifitas
pendidik sangat diharapkan agar siswa didiknya berprestasi, pesatnya kemajuan
tekhnologi saat ini sudah membuat para siswa lebih banyak menggemari game
online dibanding mata pelajaran disekolah, bila gurunya malas dan miskin
kreatifitas sangat sulit generasi penerus ini maju dan berkembang. [Adjuna]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar